Home » » Kisah Pemanfaat SPP Yang Ulet, Sabar & Tangguh Membangun Ekonomi Keluarga Melalui Usaha Ternak Kambing

Kisah Pemanfaat SPP Yang Ulet, Sabar & Tangguh Membangun Ekonomi Keluarga Melalui Usaha Ternak Kambing

Dipublikasikan Oleh PNPM Mandiri Perdesaan Jawa Timur pada Jumat, 30 Agustus 2013 | 11.17

Salam si KOMPAK!
Adalah seorang ibu bernama Sri Ngatminah tinggal di Dusun Kayunan Desa Rahayu Kecamatan Soko Kabupaten Tuban telah mendapat bantuan dana Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang sekarang menjadi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd).

Bantuan  dana yang diterima  sejak PPK  Fase I tahun kedua (1999/2000) sampai dengan PNPM-MPd 2009  adalah Rp. 11.000.000.000,- yang diperuntukkan bagi kegiatan Pendidikan, Kesehatan, Sarana Prasarana, kegiatan Ekonomi dan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP).

Dalam rangka pengelolaan dana PPK tersebut di tingkat kecamatan dibentuk Unit Pengelola Kegiatan (UPK) selaku bagian dari lembaga yang dimiliki oleh BKAD. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya UPK kecamatan soko telah berjalan sesuai tupoksinya yang telah diatur dalam AD/ART BKAD dan SOP UPK.

Disini kami berbagi cerita salah satu kesuksesan pelaksanaan program PPK/PNPM-MPd di Kecamatan Soko dari kegiatan Ekonomi Simpan Pinjam Kelompok Perempuan. Adalah seorang anggota SPP bernama Ibu Sri Ngatminah – lulus SD dan sekarang sebagai buruh tani dengan usaha sampingan pengrajin anyaman bambu dan warungan (meracang).  Ibu Sri Ngatminah sebelum bergabung dengan PPK adalah pekerja serabutan di desanya, mulai dari buruh tani, pembantu rumah tangga, hingga merantau ke Jakarta untuk mengadu nasib.

Sri Ngatminah yang hanya menikmati pendidikan hingga lulus SD ini selama 7 tahun lebih bekerja di Jakarta sebagai pembantu rumah tangga. Ibu dengan satu anaik yang sejak kecil telah ditinggal oleh ibu dan ayahnya sejak masih dibangku SD, sehingga dia menjadi yatim piatu dalam usia yang masih belia. Namun dalam asuhan kakek dan paman serta bibinya dia belajar untuk hidup lebih mandiri dan dewasa.

Mengenal PPK/PNPM-MP

Di dusun Kayunan Sri Ngatminah adalah salah satu anggota kelompok Jamaah Tahlil Kayunan yang diketuai oleh ibu Titin. Ibu Sri Ngatminah mengenal program PNPM MPd melalui sosialisasi di tingkat dusun yaitu dusun Kayunan desa Rahayu pada tahun 2005, melalui sosialisasi yang dilakukan oleh KPMD desa Rahayu ibu ini mengenal PNPM MPd yang dulu masih bernama PPK (Program Pengembangan Kecamatan).

Lama sekali ibu ini hidup dengan ketidak menentuan ekonomi dan penghasilannya, sejak lulus SD tahun 1996 hingga 2005 yang bekerja sebagai buruh tani ini, namun Ibu Sri Ngatminah adalah tipe orang yang sabar dan ulet dalam menjalani hidup dalam keadaan pas pasan.

Kemudian Ibu Ngatminah bergabung dengan program sebagai pemanfaat SPP.  Setelah ibu Sri Ngatminah bergabung dengan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dengan menjadi pemanfaat SPP pada tahun 2005. ibu dengan satu anak ini tergabung dalam Jama’ah Tahlil (JT) Kayunan, yaitu sebuah kelompok jama’ah tahlil yang ada di dusun kayunan desa Rahayu yang mana kesemua anggotanya adalah kaum hawa.

Ibu Sri Ngatminah yang merupakan salah satu anggota jama’ah tahlil kayunan bersama 9 orang lainnya yang rata-rata adalah bekerja sebagai perancang dan pengrajin anyaman ini sepakat untuk yang memanfaatkan program SPP ini sebagai upaya untuk penambahan modal usahanya.

Namun beda dengan Ibu Sri Ngatminah ini, beliau ikut memanfaatkan dana pinjaman SPP ini pada awalnya tidak tahu mau usaha dan bagaimana menggunakan uang pinjaman tersebut. Namun atas dorongan dari pengurus kelompok dan pengurus UPK akhirnya beliau memutuskan untuk meminjam uang Rp. 300.000 ( Tiga ratus ribu rupiah ) untuk dibelikan kambing. 

Setelah dana program SPP cair ibu ini segera memanfaatkan dana Rp. 300.000,- tersebut untuk membeli seekor kambing. Ibu Sri Ngatminah berharap dengan seekor kambing ini nanti akan beranak pinak menjadi banyak yang nantinya hasil dari pengembangan kambing ini bisa dijadikan modal usaha yang lebih besar lagi.

Namun Ibu yang akrab dipanggil Sri ini tidak putus asa, pada tahun 2006 Sri menambah jumlah pinjamannya menjadi Rp. 500.000,- untuk dibelikan kambing lagi. Dengan kesabaran dan keuletannya uang sebesar Rp.500.000,- dibelikan 2 ekor kambing untuk dikembangbiakkan memanfaatkan sisa uang pembelian kambingnya untuk modal sebagai pengrajin anyaman cikrak.

Dalam menggeluti pembuatan anyaman cikrak ini, Sri harus pandai – pandai  untuk mengatur uang dari pinjaman sebagai modal usaha Ibu 1 anak ini. Pada awalnya Sri membeli 1 ikat (jawa ; bongkok) kulit bambu yang dibelinya dari pengrajin keranjang bambu (jawa: tumbu) satu ikat kulit bambu seharga Rp.3.000,- kemudian dari 1 ikat kulit bambu tersebut, Sri memulai menganyam bambu menjadi sebuah cikrak/ekrak (sebuah peralatan yang dibuat dari kulit bambu yang berfungsi untuk menimpal sampah/kotoran di tanah). Dari satu ikat kulit bambu ibu Sri dapat menghasilkan 6 buah cikrak yang siap untuk dijual.

Pada awalnya, setelah cikrak jadi Sri membawanya ke pasar yang tidak terlalu jauh dari rumahnya untuk dijual. Cikrak buatan ibu sri ini dijual dengan harga Rp. 1.000,- per unitnya. Jadi dari 6 cikrak mendapat Rp.6.000,- jika dikurangi dengan biaya pembelian bahan bakunya, ibu Sri mendapat keuntungan Rp. 3.000,-. Dari keuntungan ini ibu Sri harus membagi untuk penambahan membeli kulit bambu dan menukar uang dengan beras (jawa : nempur) untuk menghidupi satu anaknya.

Dalam penambahan modal ini, ibu Sri sangat perhitungan sekali, dia berprinsip bahwa uang pinjaman harus benar-benar dimanfaatkan untuk modal usaha secara benar. Setelah pinjaman tahun 2006 lunas dibayar ibu Sri mengajukan kembali kepada kelompok JT. Kayunan sebesar Rp. 500.000,- begitu juga di tahun 2008 dan tahun 2009 ini ibu Sri hanya mengajukan pinjaman sebesar Rp. 500.000,-.

Dalam perkembangan usahanya ibu Sri telah menghasilkan 3 jenis cikrak yaitu cikrak berukuran kecil, dan besar serta 1 cikrak dengan menggunakan tongkat. Cikrak – cikrak  buatan ibu Sri harganya sangat ekonomis dan terjangkau oleh semua lapisan tingkat ekonomi. Berikut ini harga satuan cikrak buatan bu Sri : Cikrak kecil  Rp. 1.000,- , Cikrak besar Rp. 1.500,- dan Cikrak dengan tongkat Rp. 1.750,-.

Walaupun usaha membuat cikrak ini ibu Sri hanya sendirian, namun Sri sudah sangat terampil dan cekatan dalam menganyam sehingga untuk satu harinya ibu Sri bisa menghasilhan antara 25 – 32 cikrak. Dalam pemasarannya, sekarang ibu Sri tidak usah repot-repot membawanya ke pasar, karena tiap hari hasil karya ibu Sri telah diambil oleh tengkulak.

Perubahan Perekonomian Keluarga Sri Ngatminah.


Setelah menggeluti usaha menganyam cikrak, dari tahun ke tahun ibu Sri berhasil membantu perekonomian dan kelayakan. Dengan keuletan dan kesabaran serta disiplin menabung yang tinggi dari hasil penjualan cikrak ada beberapa perubahan yang signifikan yaitu: Tahun 2008 dari penghasilannya selama 2 tahun membuat cikrak, ibu Sri dapat memperbaiki kondisi rumahnya yang dulunya terbuat dari bambu yang sudah usang dan reot menjadi lebih baik lagi dengan konstruksi kayu sehingga lebih layak untuk tempat tinggal.

Tahun 2009 Dengan keuletan dan kesabaran serta disiplin menabung yang tinggi dari hasil penjualan cikrak, serta penambahan modal usaha dari pinjaman dana SPP Perguliran di tahun 2009 sebesar Rp. 500.000,- tepatnya di bulan Oktober 2009 ibu Sri membuka kios kecil di rumahnya untuk berjualan bahan kebutuhan dapur /memasak (jawa:meracang).


Ketika FK bersama sekretaris UPK mencoba mengunjungi rumah ibu Sri dan melihat kegiatan membuat cikrak dan meracangnya, ibu Sri sangat berterima kasih dan terharu dengan keadaannya sekarang dibanding sebelum tahun 2005. ibu Sri berharap nantinya PPK/PNPM MPd bisa terus sukses dalam membantu masyarakat miskin.
Share this article :

0 comments:

Posting Komentar

Silahkan ketikkan komentar Anda...

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Berita Seputar PNPM

Arsip lain Kategori ini »

Good Practices

Arsip lain Kategori ini »
Published by : Magister Pendidikan
Copyright © 2013. PNPM Mandiri Perdesaan - Jawa Timur - All Rights Reserved
Created and Support by A.M.C. Purnama
Proudly powered by Blogger