Pacitan - Meletakkan dasar yang kuat kepada masyarakat, dalam memahami konsep PEMBERDAYAAN sangatlah berat, mudah diucapkan tapi sulit untuk diterapkan, apalagi konsep tersebut berhubungan dengan mengubah pola hidup yang sudah menjadi kebiasaan yang mendarah daging, itu membutuhkan effort yang cukup tinggi dengan rentang waktu yang cukup lama. Namun hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi seorang fasilitator untuk bisa memahamkan masyarakat tentang konsep yang dibawa. Rona – rona yang terjadi dilapangan menjadi ilmu tersendiri bagi fasilitator yang tidak akan pernah mereka dapatkan di bangku kuliah, sehingga dengan jam terbang yang cukup tinggi akan membuat mereka menjadi lebih bijak dalam mengambil keputusan, karena setiap keputusan tersebut berkaitan dengan hajat hidup orang banyak.
Berbicara tentang pengalaman dilapangan berkaitan dengan konsep pemberdayaan yang diusung oleh Program Nasional Pemberdayaan Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd) di wilayah kecamatan Pringkuku sangatlah beragam, sebagai fasilitator hal pertama yang dilakukan adalah melakukan pemetaan sosial, hal tersebut bisa didapat dengan menggali informasi sebanyak – banyaknya baik dari pelaku tingkat kecamatan sampai pelaku tingkat desa mengenai keadaan dan kondisi sosial masyarakat, dan itu membutuhkan waktu yang cukup lama. Namun hal tersebut harus dilakukan agar ketika bertindak kita bisa menentukan perlakuan apa yang sesuai untuk diterapkan di wilayah tersebut. Salah satu hal yang menjadikan cerita ini dibuat adalah pengalaman memfasilitasi kegiatan pelaksanaan prasarana di desa Poko, salah satu dari 13 desa di Kecamatan Pringkuku, berbatasan dengan sebelah timur dengan desa Dadapan, sebelah barat Desa Candi, sebelah utara desa Pringkuku dan sebelah selatan laut selatan. Saya tidak akan bercerita tentang data umum desa yang menjadi salah satu desa dampingan PNPM-MPd ini, namun tingkat kesadaran masyarakat baik pelaku yang terlibat secara langsung maupun yang tidak langsung.
Berbicara tentang pengalaman dilapangan berkaitan dengan konsep pemberdayaan yang diusung oleh Program Nasional Pemberdayaan Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd) di wilayah kecamatan Pringkuku sangatlah beragam, sebagai fasilitator hal pertama yang dilakukan adalah melakukan pemetaan sosial, hal tersebut bisa didapat dengan menggali informasi sebanyak – banyaknya baik dari pelaku tingkat kecamatan sampai pelaku tingkat desa mengenai keadaan dan kondisi sosial masyarakat, dan itu membutuhkan waktu yang cukup lama. Namun hal tersebut harus dilakukan agar ketika bertindak kita bisa menentukan perlakuan apa yang sesuai untuk diterapkan di wilayah tersebut. Salah satu hal yang menjadikan cerita ini dibuat adalah pengalaman memfasilitasi kegiatan pelaksanaan prasarana di desa Poko, salah satu dari 13 desa di Kecamatan Pringkuku, berbatasan dengan sebelah timur dengan desa Dadapan, sebelah barat Desa Candi, sebelah utara desa Pringkuku dan sebelah selatan laut selatan. Saya tidak akan bercerita tentang data umum desa yang menjadi salah satu desa dampingan PNPM-MPd ini, namun tingkat kesadaran masyarakat baik pelaku yang terlibat secara langsung maupun yang tidak langsung.
Berdasarkan alur kegiatan yang memang sudah digariskan melalui PTO yang selama ini dilakukan di program PNPM-PMd, setiap tahapan proses memang harus dilaksanakan, karena ini berhubungan dengan prinsip transparansi yang selalu digembar – gemborkan oleh PNPM-MPd, setiap alur mempunyai output tersendiri yang saling terkait dengan kegiatan yang lain. Dalam proses penggalian gagasan awal desa Poko termasuk aktif, baik dari perangkat desa sampai KPMD, sehingga data keluaran yang dihasilkan bisa dipertanggung jawabkan, dalam MD perencanaan, memang mereka dalam menentukan usulan yang harus dibawa ke tingkat kecamatan berdasarkan perputaran regulasi pembangunan yang berada di dusun tersebut, sehingga dusun yang tahun sebelumnya sudah mendapatkan dana dari PNPM-MPd maka untuk tahun selanjutnya di usulkan bagi dusun yang lainnya, sehingga dengan harapan ini akan terjadi pembangunan yang merata dan tidak menimbulkan kecemburuan bagi dusun yang lain, tahun 2009, 2 usulan prasarana desa Poko dinyatakan tidak layak karena lokasi usulan yang memang belum ada kesiapan, baik ditingkat masyarakat maupun desa, ini dikarenakan pada tahun tersebut desa Poko mengalami ke vakuman pemerintahan karena kekosongan kapala desa, seingga koordinasi dan komunikasi menjadi terganggu, dan impacnya 2 usulan prasarana desa Poko dinyatakan tidak layak oleh tim verifikasi tingkat kecamatan.
Akhirnya tahun 2010 sampai sekarang kekosongan kepala desa sudah bisa diatasi dengan adanya pemilihan kepala desa yang sekarang dijabat oleh bapak Sapto Cahyono. Karena adanya kepemimpinan yang baru maka jalur komando dan informasi bisa diatasi sehingga info program ini bisa diserap dan dilaksanakan di desa Poko, akhirnya antara tahun 2010 – 2012 ini desa Poko terus menerus mendapatkan program PNPM-MPd.
Pada tahap pelaksanaan kegiatan prasarana peraan Tim Pengelola Kegiatan (TPK) sangat penting, karena tim ini adalah perwakilan masyarakat yang menjembatani informasi program dengan masyarakat, sehingga penentu kesuksesan kegiatan di tingkat lapangan ini adalah bagaimana TPK bisa membawa roh program ke masyarakat, dan di desa Poko 3 anggota tim TPK yang dibentuk memiliki kemampuan yang cukup baik, sehingga koordinasi yang mereka lakukan berpengaruh pada kualitas pelaksanaan program.
Akhirnya tahun 2010 sampai sekarang kekosongan kepala desa sudah bisa diatasi dengan adanya pemilihan kepala desa yang sekarang dijabat oleh bapak Sapto Cahyono. Karena adanya kepemimpinan yang baru maka jalur komando dan informasi bisa diatasi sehingga info program ini bisa diserap dan dilaksanakan di desa Poko, akhirnya antara tahun 2010 – 2012 ini desa Poko terus menerus mendapatkan program PNPM-MPd.
Pada tahap pelaksanaan kegiatan prasarana peraan Tim Pengelola Kegiatan (TPK) sangat penting, karena tim ini adalah perwakilan masyarakat yang menjembatani informasi program dengan masyarakat, sehingga penentu kesuksesan kegiatan di tingkat lapangan ini adalah bagaimana TPK bisa membawa roh program ke masyarakat, dan di desa Poko 3 anggota tim TPK yang dibentuk memiliki kemampuan yang cukup baik, sehingga koordinasi yang mereka lakukan berpengaruh pada kualitas pelaksanaan program.
Tahun 2010 desa Poko mendapatkan program jalan telford sepanjang 1.064 m di dusun pakel dengan besaran dana Rp. 117.619.400,- nilai swadaya Rp. 8.547.000,- dan pada pelaksanaannya banyak pengembangan disana, terkait panjang jalan maupun swadaya batu/ material lokal. Secara kualitas yang mereka terapkan terkait campuran dan penataan batu relatif cukup baik.
Tahun 2011 desa Poko mendapatkan program perkerasan jalan rabat sepanjang 550 m di dusun Kayat Lor dengan besaran dana dari BLM Rp. 109.980.000,- dan swadaya Rp.6.109.000,-
Tahun 2011 desa Poko mendapatkan program perkerasan jalan rabat sepanjang 550 m di dusun Kayat Lor dengan besaran dana dari BLM Rp. 109.980.000,- dan swadaya Rp.6.109.000,-
Tahun 2012 desa Poko mendapatkan program perkerasan jalan rabat sepanjang 500 m di dusun Kayat kidul, dengan besaran dana dari BLM Rp. 91.600.000,- dan swadaya Rp. 5.158.000,-
Ternyata kesuksesan program prasarana ini ternyata tidak hanya fisik bisa terbangun dengan baik namun juga didukung dengan administrasi yang baik pula, sehingga keduanya saling terkait, secara administrasi TPK Poko juga menjadi rujukan bagi TPK lokasi yang lain, sehingga hal tersebut menjadi kebanggan tersendiri. Pada proses pelaksanaan mereka mencoba untuk melibatkan seluruh masyarakat yang ada baik laki – laki maupun perempuan, uniknya bagi perempuan yang tidak bisa ikut dalam pelaksanaan pekerjaan mereka dilibatkan untuk memberi suguhan bagi pekerja yang ikut terlibat disana, dan itu diatur dengan rotasi pekerjaan yang ada, sehingga masyarakat sekitar lokasi kegiatan semua terlibat, hal tersebut mereka jaga pada setiap kegiatan yang mereka lakukan, ini memunculkan efek yang cukup baik terkait rasa kepemilikan yang mereka miliki terhadap prasarana yang mereka bangun.
Akhir kata banyak hal yang terus berkembang berkait dengan pemberdayaan masyarakat, baik permasalahan yang ada maupun tingkat pemahaman masyarakat yang terus berkembang, sehingga perlu adanya kecerdasan sosial yang terus di update bagi seorang fasilitator, dan satu hal untuk menyemangati kita, Pemberdayaan tidak ada matinya....SEMANGAT....! Ditulis oleh FT PRINGKUKU
Ternyata kesuksesan program prasarana ini ternyata tidak hanya fisik bisa terbangun dengan baik namun juga didukung dengan administrasi yang baik pula, sehingga keduanya saling terkait, secara administrasi TPK Poko juga menjadi rujukan bagi TPK lokasi yang lain, sehingga hal tersebut menjadi kebanggan tersendiri. Pada proses pelaksanaan mereka mencoba untuk melibatkan seluruh masyarakat yang ada baik laki – laki maupun perempuan, uniknya bagi perempuan yang tidak bisa ikut dalam pelaksanaan pekerjaan mereka dilibatkan untuk memberi suguhan bagi pekerja yang ikut terlibat disana, dan itu diatur dengan rotasi pekerjaan yang ada, sehingga masyarakat sekitar lokasi kegiatan semua terlibat, hal tersebut mereka jaga pada setiap kegiatan yang mereka lakukan, ini memunculkan efek yang cukup baik terkait rasa kepemilikan yang mereka miliki terhadap prasarana yang mereka bangun.
Akhir kata banyak hal yang terus berkembang berkait dengan pemberdayaan masyarakat, baik permasalahan yang ada maupun tingkat pemahaman masyarakat yang terus berkembang, sehingga perlu adanya kecerdasan sosial yang terus di update bagi seorang fasilitator, dan satu hal untuk menyemangati kita, Pemberdayaan tidak ada matinya....SEMANGAT....! Ditulis oleh FT PRINGKUKU
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan ketikkan komentar Anda...
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.