Kondisi awal sebelum dibangun jembatan |
Kabupaten Ponorogo - Tunggur merupakan nama salah satu dusun di desa Karangan Kecamatan Badegan Kabupaten Ponorogo. Dusun Tunggur terletak kurang lebih 5 kilometer kearah selatan dari pusat desa Karangan. Letaknya dengan pusat desa Karangan terpisah oleh sungai, sehingga akses menuju pusat desa, kelurahan, pasar, sekolahan dan akses pelayanan publik lainnya harus memutar dengan jarak tempuh dua kali lipat. Karena itu masyarakat dusun Tunggur memilih untuk melewati jalur yang melintas sungai tersebut untuk semua kebutuhannya. Namun tentu saja hal itu tidak bisa dilakukan ketika sedang hujan dan air sungai meluap, mau tidak mau masyarakat 9 RT di dusun Tunggur terpaksa harus memilih jalan memutar untuk semua keperluan mulai dari sekolah, pasar dan keperluan – keperluan yang lain.
Partisipasi Masyarakat Tunggur - sangat luar biasa |
Dusun yang memiliki penduduk sebanyak 1.700 jiwa dan 612 jiwa diantaranya adalah masyarakat miskin ini sudah lama memimpikan adanya jembatan yang bisa menjadi akses utama wilayah mereka dengan pusat desa. Pada tahun 2002 Dusun Tunggur telah mengusulkan sebuah jembatan ke Program Pengembangan Kecamatan (PPK), akan tetapi belum terdanai. Bukan hanya ke PPK berbagai proposal usulan telah banyak dikirimkan ke semua fihak dan melalui berbagai jalan, mulai dari usulan ke Provinsi, Kabupaten dengan melalui Anggota DPRD dan pihak lainnya. Pada saat Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd) tahun anggaran 2011 di mulai tahapan kegiatannya di Kecamatan Badegan masyarakat dusun Tunggur mengusulkan jembatan ini dengan kontruksi jembatan gelagar baja, melalui musyawarah dusun serta penggalian gagasan, mengikuti selanjutnya, Musyawarah Khusus Perempuan jembatan ini juga menjadi usulan kelompok perempuan. Hingga akhirnya pada Musyawarah Antar Desa Prioritas Usulan, Jembatan Tunggur menempati prioritas keempat dan mendapat penetapan alokasi dana sebesar Rp. 306.644.000,- dalam forum musyawarah antar desa Penetapan.
Pemasangan Gelegar Baja - sangat sulit dan perlu keahlian |
Antusiasme masyarakat dusun Tunggur terhadap usulan ini sangat besar, terbukti dengan partisipasi di semua pertemuan yang hadir sangat banyak. Antusiasme tersebut juga terlihat dari disepaktinya swadaya yaitu berupa uang sebesar Rp. 18.241.500,- , tanah urug sebanyak 300 m3 dan tenaga kerja 326 HOK. Terlebih ketika pelaksanaan kegiatan masyarakat yang berduyun – duyun melakukan kerja bakti meskipun tidak sedang mendapatkan giliran kerja bakti. Seperti dijelaskan Kadir, salah satu warga dusun Tunggur : “ kerja baktinya digilir per RT, akan tetapi banyak warga yang ikut membantu meskipun bukan gilirannya, bahkan anak anak juga senang membantu pekerjaan – pekerjaan ringan sepulang sekolah”. Namun demikian bukan berarti tidak terdapat kendala, kendala yang muncul karena letak lokasinya yang terpencil adalah kendala dropping material. Selain itu, gelagar baja yang digunakan dalam kontruksi jembatan ini harus didatangkan dari Surabaya. Tentu saja, semua proses pengadaan semua bahan itu dilaksanakan dalam forum lelang yang diikuti warga masyarakat dusun Tunggur dalam proses yang sangat partisipatif dan akuntabel.
Gilar - gilar........., Kini Warga Dusun Tunggur bisa lebih hemat dari sisi Biaya dan Waktu |
Kini sejak bulan Desember 2012, Dusun Tunggur tidak lagi menjadi wilayah yang terisolir lagi. Kini dusun Tunggur memiliki akses yang mudah untuk menuju pasar, masyarakat Tunggur memiliki jembatan yang bisa mengantar mereka untuk pemenuhan kebutuhan mereka, anak – anak dusun Tunggur bisa lebih cepat sampai di sekolah melalui jalan dengan jembatan baru ini. Kini, mereka tidak lagi khawatir dengan hujan dan meluapnya air sungai yang membuat mereka harus terpisah dengan pusat desa. Tentu saja, keadaan terakhir ini sangat disyukuri oleh warga dusun Tunggur. Terbukti dengan tingginya antusiasme masyarakat terhadap pemeliharaan jembatan tunggur itu. Mereka menjadwalkan kerja bakti untuk perawatan, untuk biaya perawatan mereka membayar iuran Rp. 1.000,- setiap bulan. Akan tetapi kerja bakti dan 1.000 rupiah setiap bulan ini bagi mereka merupakan harga yang sangat murah untuk mengganti kebahagiaan mereka lantaran dusun tunggur tidak lagi terisolir - Ditulis oleh Jamal Mustofa, SPd I – FK Kecamatan Ngebel Kabupaten Ponorogo.
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan ketikkan komentar Anda...
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.