Kabupaten Malang - Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MPd) merupakan salah satu program pengentasan kemiskinan yang melibatkan langsung masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. PNPM Mandiri perdesaan merupakan pengembangan dari Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang selama ini dinilai berhasil dalam berupaya penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, efissiensi dan efektifitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan kebersamaan dan partisipasi masyarakat.
Kabupaten Malang merupakan salah satu lokasi PNPM Mandiri Perdesaan, dimana sejak Tahun 1998 sampai tahun 2011 telah menjangkau 26 kecamatan dan 292 desa. Pada Tahun 2011 Kabupaten Malang mendapat alokasi dana PNPM MPd sebesar Rp. 28,20 miliar yang berasal dari APBN sebesar Rp. 22,56 miliar dan APBD sebesar Rp. 5,64 miliar. Berbagai infrastruktur dan bangunan sarana prasarana telah dibangun di Tahun 2011 ini antara lain 98 unit jalan dengan volume 71.148 m, 11 unit jembatan, 15 pembangunan sarana air bersih, 5 bangunan saluran irigasi, 2 unit MCK, 20 unit gedung sarana pendidikan, 7 unit gedung kesehatan dan 47 unit kegiatan sarana prasarana lainnya seperti pasar desa dll.
Kabupaten Malang merupakan salah satu lokasi PNPM Mandiri Perdesaan, dimana sejak Tahun 1998 sampai tahun 2011 telah menjangkau 26 kecamatan dan 292 desa. Pada Tahun 2011 Kabupaten Malang mendapat alokasi dana PNPM MPd sebesar Rp. 28,20 miliar yang berasal dari APBN sebesar Rp. 22,56 miliar dan APBD sebesar Rp. 5,64 miliar. Berbagai infrastruktur dan bangunan sarana prasarana telah dibangun di Tahun 2011 ini antara lain 98 unit jalan dengan volume 71.148 m, 11 unit jembatan, 15 pembangunan sarana air bersih, 5 bangunan saluran irigasi, 2 unit MCK, 20 unit gedung sarana pendidikan, 7 unit gedung kesehatan dan 47 unit kegiatan sarana prasarana lainnya seperti pasar desa dll.
Jembatan Limpas Dusun Simpar Desa Wringinanom Kecamatan Poncokusumo Malang |
Diantara pembangunan infrastuktur yang paling monumental pada tahun 2011 ini adalah Pembangunan Jembatan Limpas di Dusun Simpar Desa Wringinanom Kec. Poncokusumo. Jembatan tersebut berukuran 39,5 meter x 3 meter yang bersumber dari dana PNPM MPd sebesar Rp. 305.497.000,- dan swadaya masyarakat sebesar Rp. 31.677.000,-.
Jembatan Limpas merupakan jembatan dengan konstruksi apabila musim kemarau berfungsi sebagai penyedia air bagi masyarakat setempat, dan jika musim hujan air sungai banjir dan melebihi muka jembatan, maka jembatan itu tetap berfungsi.
Pembangunan Jembatan limpas tersebut merupakan mimpi masyarakat Desa Wringinanom dan Desa Wonorejo yang baru terealisasi. Padahal usulan pembangunan jembatan tersebut dimulai sejak 10 tahun yang lalu dan baru terealisasi tahun 2011 ini. “Impian ini sudah 10 tahun yang lalu dan tidak pernah terealisasi dengan alasan biaya yang besar dan sulit terealisasi” ujar Fatimah salah seorang wakil perempuan Desa Wringinanom.
Adapun alasan dibangunnya jembatan tersebut karena jembatan tersebut menghubungkan antar 2 desa yakni Desa Wringinanom dan Desa Wonorejo yang sebelumnya hanya ada jembatan bambu berukuran 48 x 1 meter yang hanya bisa dilalui oleh pejalan kaki dan kendaran roda dua saja. Menurut beberapa sumber dari masyarakat bahwa sebelum dibangunnya jembatan limpas tersebut cukup banyak pengendara sepeda motor yang jatuh ke sungai bersama sepeda motornya saat melintasi jembatan bambu tersebut. Sedangkan bagi kendaraan roda empat yang akan menuju desa lain, menuju pasar dan kantor kecamatan harus melalui jalan lain yang masih memutar dengan jarak 6 – 7 km dengan waktu tempuh 15 – 20 menit. Di musim hujan banyak warga terutama anak-anak sekolah tidak berani melintasi jembatan bambu tersebut karena khawatir jatuh ke sungai. Konon pernah jembatan bambu tersebut diperbaiki selama tiga bulan dan pada saat jembatan tersebut diperbaiki masyarakar Desa Wringinanom dan Wonorejo harus menyeberang sungai sepanjang 48 meter dan kedalaman 1 meter. Sedangkan jika jembatan ambruk maka semua aktifitas penduduk lumpuh total dan tidak bisa melewati sungai karena banjir.
Kini setelah ada jembatan limpas jarak tempuh ke desa-desa lain, areal lahan pertanian, ke pasar dan kantor kecamatan menjadi singkat yakni sekitar 5 menit untuk kendaraan roda dua dan empat. Masyarakat semakin mudah untuk bekerja ke lahan pertanian, pengangkutan komoditi hasil pertanian seperti buah apel, jeruk semakin lancar dengan biaya transportasi semakin murah dibandingkan sebelumnya dimana jarak tempuh yang jauh dengan biaya yang sangat tinggi. Disamping itu pula anak anak sekolah semakin rajin ke sekolah dan resiko kecelakaan semakin kecil.
Dalam rangka pemeliharaan atas dibangunnya jembatan limpas tersebut xang dituangkan dalam kesepakatan musyawarah bahwasanya untuk truk dengan tonase lebih dari 4 ton tidak diberbolehkan melewati jembatan. Kebijakan ini dilakukan oleh masyarakat semata-mata untuk menjaga kelestarian jembatan agar usia pakai jembatan bisa lebih panjang. Sedangkan untuk retribusi biaya pemeliharaan setiap kendaraan roda empat yang membawa bahan material, hasil pertanian, bahan bangunan dll dikenakan biaya retribusi sebagai biaya pemeliharaan.
Shodik, seorang warga Desa Wringinanom merasa bersyukur atas adanya PNPM Mandiri Perdesaan dan dibangunnya jembatan limpas tersebut. “Kami merasa bersyukur jembatan limpas ini mempermudah mengangkut hasil pertanian dengan mudah, anak –anak semakin rajin ke sekolah, Kami bersyukur kepada pemerintah melalui PNPM Mandiri Perdesaan telah membangun jembatan dan mimpi kita bersama 10 tahun yang lalu baru terwujud” Terima kasih PNPM Mandiri Perdesaan. Ucapnya sambil tersenyum melihat jembatan limpas yang kokoh dan megah – ditulis dan dikirim oleh Suparman S.Pd – Faskab Kabupaten Malang.
Jembatan Limpas merupakan jembatan dengan konstruksi apabila musim kemarau berfungsi sebagai penyedia air bagi masyarakat setempat, dan jika musim hujan air sungai banjir dan melebihi muka jembatan, maka jembatan itu tetap berfungsi.
Pembangunan Jembatan limpas tersebut merupakan mimpi masyarakat Desa Wringinanom dan Desa Wonorejo yang baru terealisasi. Padahal usulan pembangunan jembatan tersebut dimulai sejak 10 tahun yang lalu dan baru terealisasi tahun 2011 ini. “Impian ini sudah 10 tahun yang lalu dan tidak pernah terealisasi dengan alasan biaya yang besar dan sulit terealisasi” ujar Fatimah salah seorang wakil perempuan Desa Wringinanom.
Adapun alasan dibangunnya jembatan tersebut karena jembatan tersebut menghubungkan antar 2 desa yakni Desa Wringinanom dan Desa Wonorejo yang sebelumnya hanya ada jembatan bambu berukuran 48 x 1 meter yang hanya bisa dilalui oleh pejalan kaki dan kendaran roda dua saja. Menurut beberapa sumber dari masyarakat bahwa sebelum dibangunnya jembatan limpas tersebut cukup banyak pengendara sepeda motor yang jatuh ke sungai bersama sepeda motornya saat melintasi jembatan bambu tersebut. Sedangkan bagi kendaraan roda empat yang akan menuju desa lain, menuju pasar dan kantor kecamatan harus melalui jalan lain yang masih memutar dengan jarak 6 – 7 km dengan waktu tempuh 15 – 20 menit. Di musim hujan banyak warga terutama anak-anak sekolah tidak berani melintasi jembatan bambu tersebut karena khawatir jatuh ke sungai. Konon pernah jembatan bambu tersebut diperbaiki selama tiga bulan dan pada saat jembatan tersebut diperbaiki masyarakar Desa Wringinanom dan Wonorejo harus menyeberang sungai sepanjang 48 meter dan kedalaman 1 meter. Sedangkan jika jembatan ambruk maka semua aktifitas penduduk lumpuh total dan tidak bisa melewati sungai karena banjir.
Kini setelah ada jembatan limpas jarak tempuh ke desa-desa lain, areal lahan pertanian, ke pasar dan kantor kecamatan menjadi singkat yakni sekitar 5 menit untuk kendaraan roda dua dan empat. Masyarakat semakin mudah untuk bekerja ke lahan pertanian, pengangkutan komoditi hasil pertanian seperti buah apel, jeruk semakin lancar dengan biaya transportasi semakin murah dibandingkan sebelumnya dimana jarak tempuh yang jauh dengan biaya yang sangat tinggi. Disamping itu pula anak anak sekolah semakin rajin ke sekolah dan resiko kecelakaan semakin kecil.
Dalam rangka pemeliharaan atas dibangunnya jembatan limpas tersebut xang dituangkan dalam kesepakatan musyawarah bahwasanya untuk truk dengan tonase lebih dari 4 ton tidak diberbolehkan melewati jembatan. Kebijakan ini dilakukan oleh masyarakat semata-mata untuk menjaga kelestarian jembatan agar usia pakai jembatan bisa lebih panjang. Sedangkan untuk retribusi biaya pemeliharaan setiap kendaraan roda empat yang membawa bahan material, hasil pertanian, bahan bangunan dll dikenakan biaya retribusi sebagai biaya pemeliharaan.
Shodik, seorang warga Desa Wringinanom merasa bersyukur atas adanya PNPM Mandiri Perdesaan dan dibangunnya jembatan limpas tersebut. “Kami merasa bersyukur jembatan limpas ini mempermudah mengangkut hasil pertanian dengan mudah, anak –anak semakin rajin ke sekolah, Kami bersyukur kepada pemerintah melalui PNPM Mandiri Perdesaan telah membangun jembatan dan mimpi kita bersama 10 tahun yang lalu baru terwujud” Terima kasih PNPM Mandiri Perdesaan. Ucapnya sambil tersenyum melihat jembatan limpas yang kokoh dan megah – ditulis dan dikirim oleh Suparman S.Pd – Faskab Kabupaten Malang.
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan ketikkan komentar Anda...
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.