Situbondo - Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan merupakan suatu hal yang baru ketika masuk di desa kami pada tahun 2009. Bagi kami orang awam yang setiap harinya hanya bergelut dengan rutinitas di ladang menganggap program ini tidak akan jauh beda dengan program-program dari pemerintah yang selama ini sudah pernah ada dan sudah dilaksanakan di desa kami, yaitu penuh dengan kepentingan “elit” baik didalam penentuan kegiatan maupun didalam pelaksanaan kegiatan. Sampai akhirnya pada saat pelaksanaan Musyawarah Desa Sosialisasi (lebih akrab disebut MD Sos) proses perkenalan kami dengan program ini mulai terjadi.
Semenjak itu sedikit demi sedikit kami mulai tertarik akan pelaksanaan program ini, dimana pada saat itu dijelaskan oleh petugas sosialisasi bahwa salah satu prinsip yang ada di program adalah Partisipatif dan Demokratis sehingga masyarakat di berikan kebebasan di dalam menentukan kegiatan yang akan di usulkan nantinya. Setelah mengikuti MD Sos pemahaman kami akan program PNPM MPd ini mulai terbuka sedikit demi sedikit dan rasa penasaran kami juga semakin besar terhadap keberadaan program ini. Proses keakraban kami selanjutnya adalah pada saat kami diundang untuk menghadiri Musyawarah Dusun di dusun kami yaitu dusun Langgar. Dari musyawarah ini diputuskan bahwa di tahun 2009 kami dari dusun Langgar akan membawa usulan Pipanisasi dari sumber air yang jaraknya kurang lebih 3 km menuju perumahan penduduk di dusun kami. Kekurangan air di musim kemarau menjadi permasalahan klasik yang terjadi setiap tahun di dusun kami. Secara geografis lokasi dusun kami dibandingkan dengan lokasi dusun lain di desa Kukusan relatif terpisah karena harus melewati sungai yang di hubungkan dengan jembatan gantung sepanjang 100 m sehingga keberadaan air bersih yang sudah ada di 4 dusun di desa Kukusan tidak sampai ke dusun kami Dengan jumlah penduduk kurang lebih sebanyak 150 jiwa. Setelah pelaksanaan Musyawarah Dusun ini kami kompak akan berjuang di dalam penentuan usulan yang akan di bawa desa ke Musyawarah di Kecamatan.
Pada saat pelaksanaan Musyawarah Perencanaan semua dusun membawa usulan mereka masing-masing. Pada awalnya muncul rasa pesimistis dari kami karena pasti masing-masing dusun akan ngotot untuk menjadikan usulan mereka sebagai usulan desa, meskipun demikian kami tetap berusaha berjuang salah satunya mencoba menyakinkan forum musyawarah dan juga dengan melalui proses pendekatan kepada para tokoh desa yang ada. Akhirnya usulan kami ini disetujui secara aklamasi oleh masyarakat desa Kukusan, kemudian informasi yang kami terima bahwa usulan kami ini juga diterima di tingkat Kecamatan.
Setelah melalui kegiatan pelaksanaan pembangunan pipanisasi akhirnya telah terlaksana 80% dan pada kesempatan ini kewajiban TPK selaku pelaksana mempertanggungjawabkan dihapadan masyarakat melalui Forum MPJ 80% dan pada kesempatan itu pula Tim Pelaksana Pemelihara Prasarana (TP3) dipilih dan ditetapkan dan akhirnya forum menyepakati kami bertiga sebagai TP3 untuk tahun 2009.
Antara Kewajiban dan Kesadaran
Sebagai masyarakat dusun Langgar desa Kukusan kami sangat bersyukur sekali karena impian kami berpuluh-puluh tahun akhirnya dapat terealisasi. Selanjutnya tugas kami sebagai TP3 dalam rangka melanjutkan perawatan terhadap kegiatan pipanisasi ini dimulai dari rapat dusun membahas besaran iuran, tugas dan fungsi TP3 serta kewajiban-kewajiban masyarakat lainnya dalam rangka melestarikan keberadaan bangunan pipanisasi yang telah di bangun dengan dana PNPM. Dalam rapat itu disepakati bahwa iuran tiap bulan masing-masing KK sebesar Rp. 2.500. sebagai TP3 kami diwajibkan melakukan pengecekan di sumber air setiap bulan, disamping itu kewajiban kami juga melakukan perbaikan-perbaikan jika terjadi kerusakan di instalasi air yang ada.
Tiga tahun lebih kami telah bertugas sebagai TP3 di dusun langgar desa Kukusan. Dari waktu tiga tahun ini ada cerita suka dan duka yang kami alami. Salah satunya pernah pada suatu sore hari hujan lebat disertai angin menyebabkan putusnya pipa galvanis dikarenakan tertimpa pohon besar yang tumbang. Hal ini dapat diketahui dari tidak mengalirnya air ke bak penampung kedua, dan ternyata kebocoran itu berada di pipa yang melintang melewati sungai kecil diakibatkan tertimpa pohon besar yang tumbang. Sebagai TP3 kami bergerak cepat dengan segera memperbaikinya dibantu gotong royong masyarakat. Dan akhirnya menjelang isya’ perbaikan ini dapat kami selesaikan. Selain cerita ini juga yang menjadi kesulitan kami adalah memobilisasi pengumpulan iuran karena masing-masing orang tingkat kesadarannya berbeda-beda. Maka kadang kami harus berhadap-hadapan dengan orang yang sulit diberikan pemahaman akan pentingnya iuran untuk kas perbaikan ini. Meskipun demikian kami selaku TP3 telah terpatri di hati kami bahwa kegiatan ini adalah kegiatan pengabdian kepada masyarakat dimana ego harus dikesampingkan. Sebagai TP3 yang dipercaya masyarakat kami selalu mencoba memikul tanggung jawab ini sebagaimana pepatah lama kami “kennengi kennengnganna, lakoni kala-koan-na”. Dengan begitu kami merasa puas dengan apa yang bisa kami berikan.
Home »
Good Practices
» Merawat & Menjaga Lebih Sulit Daripada Membangun .... Sebuah Refleksi Pembelajaran dengan PNPM MPd
Merawat & Menjaga Lebih Sulit Daripada Membangun .... Sebuah Refleksi Pembelajaran dengan PNPM MPd
Dipublikasikan Oleh PNPM Mandiri Perdesaan Jawa Timur pada Jumat, 17 Mei 2013 | 09.24
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan ketikkan komentar Anda...
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.